Uniknya Pedagang pada Zaman Kompeni

Tak terbayang bagaimana para pedagang berdagang menjajakan dagangannya di kolonial . Jika kita melihat film-film kolosal, kita bisa melihat uniknya pedagang pada masa tersebut. Mulai dari tidak pakai baju, muka kucel dan lain-lain. Bayangkan jika itu terjadi pada zaman sekarang, mungkin orang pada lari.

Berikut beberapa arsip mengenai uniknya para pedagang pada era :

PENJUAL BUAH

 

Terlihat penjual buah merupakan warga pribumi tua yang sedang jongkok menunggu pembelinya. Yang jadi pertanyaan itu buahnya kulakannya dimana yah? 🙂

Pada gambar kedua pun sama, sama-sama penjual buah maksudnya, namun sedikit lebih muda dengan seorang anak belanda di belakangnya. Yang jadi pertanyaan siapakah dia?

Pada gambar ketiga mungkin anda lebih terkejut lagi, itu pedagang apa lagi ngapain yah?

PENJUAL LIMUN

Ada yang gak tau limun? Ah, Anda kurang gaul, saya kira ini limun hanya pada saat saya masih makan bangku dasar, ternyata pada zaman kompeni pun sudah ada.

PENJUAL SOTO BETAWI

Kalau penjual satu ini merupakan penjual soto betawi. Terlihat dengan badannya yang kekar, memikul dagangannya. Yang menjadi pertanyaan, apa masih ada pedagang seperti ini di Jakarta?

TUKANG SATE

Lagi-lagi gak pakai baju! ini terlihat pada seorang pedagang sate.

PENJUAL AIR TEBU

Kalau penjual air tebu mungkin saat ini masih bisa diumpai, namun ini merupakan foto “kakek-nenek” penjual air tebu tersebut.

PENJUAL ANGKRINGAN

Penjual angkringan pada masa kompeni jelas terlihat berbeda sekali, mulai dari tempatnya dan gaya pedagangnya. Namun kemungkinan makanannya pastinya sama saja, makanan khas Jawa tentunya. Terlihat perbedaan mencolok antara angkringan dulu dan sekarang pada gambar.

TUKANG DAGING BABI

Saya kira ini penjual buah juga, ternyata penjual daging babi.

TUKANG SOL SEPATU

Pada era Kompeni, tukang sol sepatu juga sudah ada loh. Namun yang jadi pertanyaan, sepatu siapa yang disol? bukannya orang dulu kebanyakan tanpa alas kaki alias nyeker. Pastinya para pelanggannya mungkin para orang Belanda dan bangsawan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *