Mungkin Anda tidak percaya bila teknologi kamera yang terus berkembang sampai saat ini ternyata sudah berabad-abad yang lalu ditemukan oleh seorang ilmuwan islam. Hal ini karena Islam sering digambarkan sebagai agama yang mundur dan tidak menggalakkan umatnya menguasai berbagai bidang ilmu.

Stereotip ini bukan saja tidak benar, tetapi bertentangan dengan hakikat sejarah yang sebenarnya.

Sejarah telah membuktikan dunia Islam telah melahirkan banyak golongan sarjana dan ilmuwan islam yang hebat dalam bidang falsafah, sains, politik, sosial, agama, medis dan lain sebagainya. Salah satu di antara mereka adalah Ibnu Al-Haitham.

Karya dan Jasa ilmuwan islam, Ibnu Al-Haitham Sang Penemu Kamera

Biografi singkat Ibnu Al-Haitham, seorang ilmuwan islam

Nama lengkap beliau adalah Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham. Di kalangan cerdik pandai dunia Barat, lebih dikenal dengan nama Alhazen.

Ilmuwan Islam yang juga disebut sebagai Bapak Sains karena ahli di bidang sains, falak (astronomi), matematika, geometri, pengobatan dan filsafat ini lahir di Basrah, termasuk wilayah Irak saat ini pada tahun 965 M.

Ibnu Haitham memulai pendidikan awalnya di Basrah sebelum dilantik menjadi pegawai pemerintah di tanah kelahirannya. Setelah beberapa lama mengabdi dengan pihak pemerintah setempat, beliau memutuskan merantau ke Ahwaz dan Baghdad.

Kecintaannya kepadaa ilmu telah membawanya berhijrah ke Mesir. Selama di Mesir, beliau telah mengambil kesempatan melakukan beberapa kerja penyelidikan mengenai aliran dan saluran sungai Nil serta menyalin buku-buku mengenai matematika dan falak.

Tujuannya untuk mendapatkan uang cadangan dalam menempuh perjalanan menuju Universitas Al-Azhar. Hasil dari usaha tersebut, beliau telah menjadi seorang yang mahir dalam bidang sains, falak, matematika, geometri dan filsafat.

Tulisannya mengenai mata telah menjadi salah satu rujukan yang penting dalam bidang pengkajian sains di dunia Barat. Kajiannya mengenai pengobatan mata telah menjadi asas kepada pengkajian pengobatan modern.

Karya-karya Ibnu Haitham

selain sains, Ibnu Haitham juga banyak menulis mengenai falsafah, logika, metafisik dan persoalan yang berkaitan dengan keagamaan. Beliau turut menulis ulasan dan ringkasan terhadap karya-karya sarjana terdahulu.

Penulisan falsafahnya banyak bertumpu kepada aspek kebenaran dalam masalah yang menjadi pertikaian.

Bagi Ibnu Haitham, falsafah tidak boleh dipisahkan dari matematika, sains dan ketuhanan. Ketiga bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai dan untuk menguasainya seseorang perlu menggunakan waktu muda sepenuhnya.

Ibnu Haitham telah menghasilkan buku dan makalah, diantaranya :

  • Al Jami’ fi Usul al-Hisab (teori-teori matematika)
  • al-Tahlil wa al Tarkib (ilmu geometri)
  • Tahlil al Masa’il al’Adadiyah (aljabar)
  • Maqalah fi Istikhraj Simat al Qiblah (tentang arah kiblat bagi para perantau)
  • dan yang paling terkenal Al-Manazir (ilmu optik)

Kajian Ibnu Haitham telah menyediakan landasan kepada perkembangan ilmu sains dan pada masa tulisannya mengenai falsafah telah membuktikan keaslian pemikiran sarjana Islam di bidang ilmu tersebut yang tidak dibelenggu oleh pemikiran falsafah Yunani.

Jasa Ibnu al-Haitham bagi ilmu pengetahuan dan dunia fotografi

Ibnu Haitham merupakan ilmuwan islam yang gemar melakukan penelitian. penelitiannya mengenai cahaya telah memberikan pencerahan kepada ahli sains dunia Barat, seperti Boger, Bacon dan Kepler untuk menciptakan mikroskop serta teleskop.

Beliau merupakan orang pertama yang menulis dan menemui berbagai data penting mengenai cahaya.

Ibnu al-Haitham adalah seorang penemu kamera pertama di dunia. Penemuan al-Haitham ini jauh sebelum dunia Barat mengenal kamera.

Pada akhir abad ke-10 M, beliau berhasil menemukan sebuah kamera obscura. Maha karya al-Haitham yang paling monumental merupakan penemuan yang sangat inspiratif yang dilakukan bersama Kamaluddin al-Farisi.

Keduanya berhasil meneliti dan merekam fenomena kamera obscura. Penemuan ini berawal ketika keduanya mempelajari gerhana matahari.

Untuk mempelajari fenomena gerhana tersebut, al-Haitham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata diproyeksikan melalui permukaan datar.

Karya dan Jasa ilmuwan islam, Ibnu Al-Haitham Sang Penemu Kamera

Kajian ilmu optik berupa kamera obscura itulah yang mendasari kinerja kamera yang saat ini digunakan umat manusia. Dalam kamus Webster, fenomena ini, secara harfiah diartikan sebagai ruang gelap.

Setelah penemuan fenomenal al-Haitham ini, dunia Barat mulai terinspirasi dan memperkenalkan kamera pada abad ke-16 M.

Penemuan al-Haitham mempengaruhi perkembangan teknologi kamera

Ilmuwan-ilmuwan Barat yang terinspirasi oleh penemuan al-Haitham tersebut adalah Cardano Geronimo (1501-1576) yang terpengaruh pemikiran al-Haitham mulai mengganti lubang bidik lensa dengan lensa (kamera).

Kemudian Giovani Batista Della Porta (1535-1615) dan Joseph Kepler (1571-1630 M). Kepler meningkatkan fungsi kamera dengan menggunakan lensa negatif di belakang lensa positif, sehingga dapat memperbesar proyeksi gambar.

Setelah itu, Robert Boyle (1627-1691 M), mulai menyusun kamera yang berbentuk kecil, tanpa kabel. Setelah 900 tahun dari penemuan al-Haitham, plat-plat foto pertama kali digunakan secara permanen untuk menangkap gambar yang dihasilkan kamera obscura.

Foto permanen pertama kali diambil oleh Joseph Nicephore Niepce d Prancis pada tahun 1827. Tahun 1855, Roger Fenton menggunakan plat kaca negatif untuk mengambil gambar dari tentara Inggris selama Perang Crimean dan mengembangkan plat-plat dalam kamar gelapnya.

Kemudian pada tahun 1888, George Eastman mengembangkan prinsip kerja kamera obscura ciptaan al-Haitham dengan baik sekali. Eastman menciptakan kamera kodak. Sejak itulah kamera terus berubah mengikuti perkembangan teknologi seperti saat ini pada era smartphone dan selfie photography.

Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar dan dari situ dihasilkan penemuan tentang teori lensa pembesar.

Teori ini telah digunakan oleh para saintis di Italia untuk menghasilkan kaca pembesar pertama kali di dunia.

Yang lebih menakjubkan ketika Ibnu al-Haitham telah menemukan prinsip isi padu udara sebelum seorang saintis bernama Tricella mengetahui masalah ini pada 500 tahun kemudian.

Ibnu Haitham juga telah menemukan kewujudan tarikan grativitas sebelum Isaac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Haitham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara teratur telah memberikan inspirasi kepada ilmuwan Barat untuk menghasilkan wayang gambar.

Teori beliau telah membawa kepada penemuan dan perkembangan film yang kemudian disambung-sambungkan dan dimainkan kepada para penonton sebagaimana yang sering kita tonton dalam film kartun maupun animasi saat ini.

Demikian sekelumit biografi tokoh ilmuwan Muslim, Ibnu al-Haitham yang sangat berjasa bagi perkembangan teknologi khususnya kamera dan fotografi.