Semua orang menyukai yang namanya tips!
Sebuah daftar tips adalah cara termudah untuk menarik perhatian pembaca, dibagikan ke sosial media, menempati halaman depan di berbagai situs bookmarking.
Sebuah tips, tidak lah mesti menghadirkan sesuatu yang baru. Satu tips hanya perlu masuk akal dan mudah dimengerti, bermanfaat dan mengupas topik yang menarik.
Siapa sih yang tidak menyukai informasi berguna yang disajikan dengan cara yang mudah dicerna?
Lalu apa masalahnya?
Masalahnya adalah bahwa tips terlihat ‘terlalu lezat’. Hal ini membuat orang-orang begitu terobsesi dengan ‘informasi siap pakai’ yang dikemas menjadi sebuah paket, akhirnya mereka berhenti untuk berpikir sendiri.
Ketika sebuah artikel fokus terhadap teori, tidak peduli betapapun bagusnya artikel tersebut, orang-orang menganggapnya sebagai informasi yang tidak berguna. Nah, definisi ‘berguna’ ini akhirnya menjadi begitu sempit, dan menganggap bahwa informasi berguna adalah yang bisa diterapkan langsung terhadap masalah secara konkrit.
Akhirnya apa? Terjadilah kemalasan intelektual. Orang akhirnya jadi enggan untuk memahami pengetahuan konseptual, dan itulah salah satu gejala yang saya sebut sebagai “kemalasan intelektual”.
Nah, internet di samping berjuta manfaat yang bisa diperoleh darinya, juga secara tidak langsung menawarkan ‘kemalasan intelektual’ ini. Informasi begitu mudah didapat, dan ‘tips’ adalah salah satu yang paling banyak digemari (juga dicari), karena dapat dengan cepat diserap dan diterapkan tanpa proses berpikir terlebih dahulu.
Di sisi lain, informasi-informasi yang bersifat konseptual lebih banyak diabaikan. Karena memahami sebuah konsep membutuhkan usaha lebih, sehingga banyak orang lebih memilih menerapkan tips yang sudah jadi.
Mungkin perbandingannya adalah seperti memakan makanan cepat saji dan memasak makanan sendiri di rumah. Tips ibaratnya adalah makanan cepat saji, Anda tinggal melihat menu, memesan dan makan; semua terhidang dalam waktu cepat. Kelebihannya adalah cepat dan mudah, namun makanan tersebut tidak memberi nutrisi yang baik.
Pengetahuan konseptual adalah seperti memasak sendiri makanan di dapur. Ia membutuhkan waktu dan usaha untuk belajar bagaimana cara memasak, memilih bahan-bahan, mencampur bumbu, dan menyajikannya di atas meja. Ini jelas lebih sulit, namun makanan yang dihasilkan jelas lebih sehat, lebih berkualitas, dan yang paling penting: keterampilan yang Anda miliki untuk menyiapkan semuanya itu dapat digunakan lagi dan lagi.
Jadi dengan kata lain, meskipun ‘tips’ terlihat lebih bermanfaat namun untuk jangka panjang akan membuat Anda tidak memiliki kemampuan berpikir bagi diri sendiri.
Ayo kita akui, dari daftar 50 tips, berapa banyak yang benar-benar bagus dan bermanfaat? 5, 10, 15? Dan berapa banyak dari sekian banyak tips itu yang dapat Anda ingat-ingat dalam waktu yang lama untuk digunakan di masa yang akan datang?
Kita membaca ‘tips’ lebih untuk ‘kesenangan’ semata dibandingkan lainnya. Anda pikir siapakah yang menulis ‘tips-tips’ itu? Ia ditulis oleh orang yang tidak lebih cerdas dari Anda!
Satu-satunya perbedaannya adalah bahwa mereka melakukan upaya untuk berpikir tentang sesuatu, berpikir untuk diri mereka sendiri, lalu menuangkan hasil pemikiran itu dalam sebuah tulisan.
Kesimpulannya, jika Anda ingin benar-benar belajar, mulailah untuk berpikir bagi diri sendiri. Memahami sebuah konsep memang membutuhkan usaha lebih, namun sekali Anda memahami konsepnya, pengetahuan dan pemahaman tersebut dapat Anda gunakan berulang-ulang kapanpun dibutuhkan.
Ya, di blog ini saya pun banyak menyajikan berbagai tips untuk Anda dalam berbagai hal, dan itu adalah hasil dari pemahaman, pengetahuan dan gairah yang tidak seberapa banyak saya miliki, lalu saya tuangkan dalam bentuk tulisan.
Jadi, kalau Anda meminta satu tips terbaik dari saya, inilah tips terbaik yang saya berikan kepada Anda:
Lawanlah ‘kemalasan intelektual’, lalu mencari jawab atas pertanyaan-pertanyaan Anda secara aktif, mulailah berpikir, jangan hanya menerima secara pasif.
Jika Anda mau melakukannya, maka Anda akan menjadi salah seorang yang memberi ‘tips’, bukan lagi orang yang getol mencarinya.
Salam.