Ajaran islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, mendapat tentangan dan perlawanan yang sangat hebat dari kalangan kaum Quraisy dan arab jahiliyah.
Beliau dicaci-maki, dilempari batu bahkan kotoran hewan, bahkan dilukai dengan pedang dan pukulan. Beliau menghadapi semua itu dengan keberanian dan kesabaran. Tak sedikit pun beliau berkeluh-kesah, apalagi menyerah. Beliau menghadapinya dengan tegar laksana batu karang.
Beliau yakin kepada Allah SWT. Beliau pun tetap tegar dan kokoh karena cintanya kepada umat manusia.
Penuturan Rasulullah tentang situasi yang beliau hadapi dengan keberanian dan kesabaran
“Aku sering diancam dalam menjalankan perintah Allah, tidak ada yang mengalami ketakutan seperti aku. Aku pernah disakiti dalam menjalankan perintah Allah, tak ada yang disakiti seperti aku. Telah ku lalui 30 hari dan malam, dan selama itu aku dan bilal tidak mempunyai makanan yang dapat dimakan oleh orang melarat sekalipun, kecuali hanya sesuatu yang bisa menyembunyikan ketiak bilal.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Cerita dari para sahabat tentang keberanian dan kesabaran Rasulullah SAW.
Dari Abbas bin Abdul Muthalib, bercerita tentang Rasulullah saat berada dalam perang Hunain:
“Tatkala kaum muslimin lari tunggang langgang, Rasulullah justru memacu kudanya ke arah kaum kafir. Sementara itu, aku terus memegangi tali kekang kuda beliau agar tidak berlari terlalu kencang. Pada suasana seperti itu, beliau teriak lantang: Aku adalah nabi yang tidak berdusta. Aku adalah putra Abdul muthalib!” (HR. Muslim)
Sementara Ali bin Abi Thalib bercerita tentang Rasulullah SAW, di medan perang: “Tatkala peperangan sengit dan kedua pihak berada dalam dahsyatnya pertempuran, kami berlindung di belakang Rasulullah. Tidak ada yang berada di barisan terdepan, yang dekat dengan musuh kecuali beliau.” (HR. Baghawi)
Terkadang beliau mendapatkan luka yang tidak sedikit dalam peperangan. Perhatikanlah bagaimana penuturan Sahal bin Sa’ad, bercerita tentang luka-luka Rasulullah setelah perang Uhud.
“Demi Allah, aku tahu persis siapa yang membasuh luka Rasulullah dan siapa yang menuang air untuk membasuhnya, yaitu fatimah, putri Rasulullah, sedang yang yang menuangkan airnya adalah Ali dengan menggunakan perisai.
Tatkala Fatimah melihat air hanya menjadi darah bertambah banyak, dia mengambil sepotong tikar, membakarnya lalu memborehkannya untuk menghentikan darah pada luka Nabi. Kemudian dia membalutnya, darahpun berhenti mengucur.
Beliau juga pernah mengalami patah gigi antara gigi seri dan gigi taring, wajah beliau terluka, dan pelindung kepala beliau terbelah.” (HR. Bukhari)
Itulah cerita tentang keberanian dan kesabaran Rasulullah SAW. Mengharukan juga menakjubkan, karena bukan hanya beliau mempunyai ahlakul karimah namun keberanian yang tiada banding. Semoga kita bisa meniru segala sifat-sifat Rasulullah SAW. Amiiin….