Dikisahkan, dahulu kala ada seorang pemuda yang sangat rajin beribadah kepada Allah SWT selama 20 tahun. Tapi setelah 20 tahun beribadah, pemuda tersebut terjerembab ke dalam lubang kemaksiatan kepada . Kemudian, hal yang membuat dia sadar kembali, adalah sebuah uban yang muncul pada rambutnya.

Ketika pemuda ini bercermin nampaklah sebuah uban pada rambutnya, hingga dia menyadari bahwa dirinya telah menua. Akhirnya dia pun sadar telah terjerembab dalam lubang kemaksiatan. Dia pun bermunajat kepada Allah:

“Ya Allah aku telah beribadah kepada-Mu selama 20 tahun, namun pada 20 tahun selanjutnya aku bermaksiat kepada-Mu. Jika aku bertaubat, masihkah Engkau akan menerimanya ya Allah?”

Tiba-tiba saja terdengar suara tanpa rupa yang berkata:

“Selama engkau mendekat kepada-Ku, Aku pun mendekatimu. Sebaliknya sekian lama engkau meninggalkan-Ku, sehingga Aku pun meninggalkanmu. Engkau telah berlaku maksiat kepadaku dan aku tangguhkan perbuatanmu itu. Jika engkau kembali kepada-Ku, Aku akan segera menerima kembali dirimu.”

Terlepas dari kebenaran hikayat di atas kita bisa mengambil dari cerita ini. Bahwa ampunan dan rahmat Allah SWT lebih besar dari dosa-dosa yang telah kita lakukan.

Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa kita meskipun seluas buih di lautan, asalkan kita mau kembali dan bertaubat kepada Allah dengan taubatan nasuha.

Kita juga bisa mengambil hikmah lain, bahwa manusia terkadang lalai dan lupa terhadap dosa-dosa yang telah dilakukan. Kemaksiatan dan godaan setan bisa berlaku kepada siapa saja. Termasuk kepada ahli yang sangat taat beribadah selama dua puluh tahun. seorang ahli ibadah bisa terjerembab dalam lubang kemaksiatan bagaimana dengan kita.

Tidak ada kata terlambat untuk bertaubat, selagi masih ada waktu maka sebaiknya kita bertaubat dan menyesali setiap kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat. Jangan sampai kita seperti ahli ibadah ini yang baru menyadari kesalahannya ketika dia sudah mulai beruban dan menua. Karena kematian tidak membeda-bedakan yang tua dan yang muda.