Sebentar lagi umat muslim seluruh dunia akan menjalani puasa ramadhan. Uniknya di Indonesia, menjelang dan selama ramadhan sering terjadi kontroversi antar berbagai pihak. Kontroversi biasanya datang dari ulama, ormas Islam, pemerintah, hingga masyarakat. Perbedaan pendapat lah yang membuat kontroversi ini terjadi.
Berikut kontroversi yang sering terjadi menjelang dan selama bulan puasa Ramadhan:
1. Penetapan 1 Ramadhan
Untuk menetapkan tanggal 1 Ramadhan ada dua metode. Pertama yaitu hisab, yaitu metode perhitungan matematis astronomis untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi. Dan metode yang kedua adalah rukyat, yaitu aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit untuk pertama pertama kalinya sebagai randa pergantian bulan. Biasanya yang menggunakan metode hisab melaksanakan puasa lebih awal daripada yang menggunakan metode rukyat.
Di Indonesia ada begitu banyak ormas Islam. Ada ormas yang menggunakan metode hisab seperti Muhammadiyah, ada pula ormas yang menggunakan metode rukyat seperti NU. Sedangkan pemerintah menetapkan dari hasil sidang isbat yang dihadiri oleh perwakilan-perwakilan ormas Islam yang ada di Indonesia. Karena perbedaan metode itulah sering terjadi kontroversi dalam menetapkan 1 Ramadhan.
2. Peraturan Warung Makan
Ada peraturan tak tertulis yang melarang warung makan untuk buka di siang hari pada bulan Ramadhan. Peraturan ini tidak sepenuhnya didukung semua kalangan, apalagi oleh pemilik warung makan. Mereka beralasan, tidak semua orang menjalankan ibadah puasa. Sedangkan beberapa ormas Islam seperti FPI, sangat melarang para pemilik warung makan untuk membuka usahanya pada siang hari di bulan Ramadhan, untuk menghormati yang sedang berpuasa.
3. Penetapan 1 Syawal
Sama seperti penetapan 1 Ramadhan, penetapan tanggal 1 Syawal atau Idul Fitri pun juga menjadi kontroversi. Penyebabnya pun sama yaitu perbedaan metode yang digunakan untuk menetapkan 1 Syawal.
Kontroversi-kontroversi seperti ini sering terjadi di Indonesia tiap tahunnya sehingga menjadi warna tersendiri. Namun, sesungguhnya perbedaan itu biasa, yang terpenting adalah sikap kita dalam menyikapi perbedaan itu sendiri. Jangan gara-gara berbeda pendapat, membuat kita saling terpecah-belah dan menghujat satu sama lain.