Di Indonesia telah menjadi budaya dan tradisi untuk mudik dari kota ke kampung untuk merayakan . Selain itu, yang lebih utama adalah meminta kepada keluarga besar, terutama ayah dan ibu yang berada di kampung.

Setelah selesai ‘sungkem’ ke keluarga besar, biasanya kita juga akan meminta maaf kepada tetangga terdekat dan warga sekitar, yaitu meminta maaf dengan berkeliling kampung.

Tradisi ini memang sudah berjalan sebegitu lama dan itu merupakan hal yang sangat baik dan dilakukan oleh seluruh warga di Indonesia. Dan ternyata hal ini selaras dengan hadits Nabi, bahwa seseorang yang memiliki kesalahan berkewajiban untuk meminta maaf. Bahkan Allah SWT akan merahmati orang yang mau meminta maaf atas kesalahan yang pernah ia lakukan terhadap saudaranya.

Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa terdapat keuntungan bagi orang yang mau meminta maaf dan kerugian bagi seseorang yang tidak mau meminta maaf atas kesalahan yang pernah ia lakukan.

“Allah merahmati seseorang yang mempunyai perbuatan salah dengan sesamanya, baik kesalahan itu berkenaan dengan kehormatan (harga diri) orang lain, atau berkenaan dengan harta benda. Lalu ia datang kepadanya untuk meminta dihalalkan kesalahannya itu, sebelum dicabut nyawanya. Karena di sana (akhirat) tidak ada dinar dan dirham untuk ganti rugi dari pelanggarannya itu. Maka apabila ia mempunyai amal-amal kebaikan, di ambillah pahala kebaikan-kebaikannya itu untuk membayar ganti rugi darinya. Dan jika ia tidak mempunyai amal kebaikan, maka orang-orang yang dirugikan hak-haknya akan membebankan kejelekan (dosa-dosa) mereka kepadanya.” (HR. Imam at-Turmudzi)

Karena itu, dalam momen tepat hari raya Idul Fitri, meminta maaf adalah sebuah prioritas yang sangat diutamakan karena tidak ada dinar dirham dan tidak ada pula pengganti lain selain amal kebaikan kita sebagai penebus kesalahan-kesalahan kita di dunia ini.