ERUDISI.com – Mendidik ala Rasulullah. Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam adalah teladan terbaik kita sepanjang masa. Sejarah telah membuktikan bagaimana lewat didikan nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam banyak lahir pemimpin kuat dan hebat.
Lalu bagaimana mendidik ala rasulullah? Yuk kita bahas.
Allah berfirman dalam QS At Tahrim ayat 6:
يَأَيُّهَا الَّذِينَ امَنُوا قُوا أَنفُسَكُن وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَهُ عَلَيْهَا مَلَيْكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya Malaikat-Malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka serta selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. at-Tahrim ayat 6)
Berangkat dari ayat diatas, maka kita bisa mengambil pelajaran bagaimana Rasulullah-shalallahu alaihi wa sallam mendidik keluarga, anak dan para sahabatnya.
1. Ikhlas
Wajib bagi setiap pendidik untuk menyifati dirinya sebagai orang yang mengikhlaskan amalnya semata-mata karena Allah, bukan karena riya’, sum’ah sanjungan manusia.
Jadi ketika kita berniat mendidik maka ikhlaskan diri semata-mata hanya mengharap keridhaan Allah Taala.
2. Beri teladan yang baik
Rasulullah adalah teladan terbaik bagi orang-orang yang beriman. (QS. al-Ahzab ayat 21).
Seperti kita ketahui akhlak Rasulullah-shallalahu alaihi wa sallam adalah al-Qur’an, sebagaimana yang dikatakan oleh ibunda Aisyah radhiallahuanha saat ditanya tentang akhlak beliau.
Bila Rasulullah-shallalahu alaihi was sallam telah merealisasikan apa yang ada di dalam al-Qur’an, maka bagi setiap pendidik hendaknya meneladani Rasul-lullah dan menjadikan dirinya sebagai teladan bagi para anak didiknya. Termasuk orang tua.
3. Haruslah Sabar, pemaaf dan tidak tergesa-gesa
Rasulullah merupakan orang yang paling sabar. Ketika beliau berdakwah, mendapatkan gangguan dari kaumnya, sampai wajah mulia beliau bercucuran darah. Bukan umpatan yang keluar dari mulut beliau, namun sebuah doa nan mulia:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
“Ya Allah, ampunilah dosa kaumku, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang belum mengerti.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Begitu pulalah hendaknya para pendidik termasuk orang tua bisa menjadi pemaaf terhadap anak didiknya.
4. Mendidik ala Rasulullah: Lemah Lembut
Tidak kasarnya beliau kepada para sahabatnya merupakan metode keberhasilan Rasulullah-shallahu alaihi wa sallam dalam mendidik.
Seandainya jika Rasulullah berlaku keras, tentu orang yang di sekitarnya akan meninggalkan beliau. (QS. an-Nisa’ 159)
Rasulullah bersabda:
مَنْ يُحْرَمِ الرِفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ
“Orang yang dijauhkan dari lemah lembut, akan dijauhkan dari kebaikan.” (HR. Muslim: 2592)
Tidak hanya Nabi Muhammad saja yang diperintahkan untuk berlaku lembut, bahkan tatkala Nabi Musa diperintah mendakwahi orang paling kufur sedunia kala itu, Allah perintahkan untuk berkata lembut. (QS. Thāhā: 44). Sebuah pelajaran yang berharga.
Masya Allah, wahai orangtua yang dirahmati oleh Allah, jika kepada orang kafir selevel Fir’aun, Nabi Musa diperintah untuk berkata lembut, bagaimana dengan anak didik kita yang mereka adalah bagian dari orang-orang yang beriman? Sungguh sebuah pelajaran berharga.
5. Hindarilah sikap marah
Dalam QS. Ali-‘Imran ayat 134 Allah nyatakan bahwa termasuk sifat orang yang bertakwa adalah menahan amarah. Sifat itulah yang seharusnya menghiasi juga para pendidik.
Karena menahan amarah akan mendatangkan kebaikan. Sebaliknya, amarah adalah sumber dari keburukan. Ketika marah, seseorang akan mudah melakukan dosa, baik dengan hatinya (dengan membenci atau hasad), dengan lisannya (mengeluarkan kata-kata kotor), dengan anggota badannya (memukul, menendang), maka mulialah orang yang bisa menahan amarahnya.
Rasulullah menyebutkan:
“Barangsiapa yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya, Allah akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua manusia, sampai kemudian Allah membiarkannya memilih bidadari yang disukainya.” (HR. Abu Dawud: 4777)
Disamping itu pelajarilah kiat-kiat agar tidak cepat marah, diantara yang bisa dilakukan adalah dengan membaca ta’awudz, segera duduk atau berbaring, diam, dan berdoa kepada Allah serta meminta ampun kepada-Nya.
6. Janganlah mencela dan memaki dalam mendidik
Di antara sifat yang harus dimiliki oleh para pendidik dan orang tua adalah jauh dari sifat mencela pada anak didiknya. Anas bin Malik pernah bercerita:
“Demi Allah, aku telah membantu rumah tangga Rasulullah 7 tahun atau 9 tahun, aku tak pernah mengetahui Rasulullah berkata terhadap apa yang kukerjakan, ‘Mengapa kau melakukan ini dan itu?’ dan terhadap apa yang aku tak melakukannya, ‘Mengapa kamu tidak melakukan ini dan itu?”” (HR. Abu Dawud: 4773)
Hal ini menunjukkan kepada kita, bahwa rahasia keberhasilan Rasulullah mencetak generasi hebat, diantaranya tidak mencela terhadap kekurangan para anak didik, terlebih memakinya.
7. Berbuat adil terhadap semua anak didik.
Allah berkata dalam hadits qudsi,
“Wahai hamba-Ku, sesungguh- nya Aku haramkan kezaliman atas diri-Ku, dan Aku jadikan kezaliman itu haram di antara kalian; maka janganlah kalian saling menzalimi!” (HR. Muslim: 2577)
Berbuat adil kepada sesama anak didik adalah suatu keharusan. Pendidik tidak boleh membedakan status, asal mereka, baik kepada mereka yang masih muda ataupun yang sudah tua.
Janganlah yang tua diabaikan karena lemah atau lambatnya berpikir. Sesungguhnya mereka yang sudah tua dan masih mau menuntut ilmu adalah sebuah kebaikan pada zaman ini.
Karena belajar kepada yang lebih muda banyak sekali didapati hal yang kurang menyenangkan, kalimat-kalimat yang kurang berkenan dll. Allahu a’lam.
Itulah 7 poin mendidik ala rasulullah yang bisa kita terapkan dalam membersamai anak-anak kita.
Terima kasih telah membaca artikel di Erudisi []