Sebenarnya teori empirisme adalah kebalikan dari teori nativisme. Jika teori nativisme meyakini bahwa faktor pembawaan orang tua yang menentukan nasib anak dan menafikan faktor lingkungan, teori empirisme justru menafikan faktor pembawaan dari orang tua karena teori ini berasumsi bahwa yang mempengaruhi perkembangan anak adalah lingkungannya.
Teori empirisme sering disebut dengan teori tabularasa. Teori ini meyakini bahwa setiap bayi yang dilahirkan ke dunia ini bagaikan kertas putih yang belum berisi apa-apa. Masih kosong bersih, jernih dan lingkungan lah yang akan membuatnya menjadi sesuatu. Atau dengan kata lain teori ini meyakini bahwa manusia itu semata-mata bergantung kepada lingkungan dan pengalamannya.
Teori ini menganggap setiap anak yang dilahirkan itu dalam keadaan kosong tidak memiliki kemampuan, bakat apapun. Hendak menjadi apa seorang anak bergantung pada pengalaman atau lingkungan yang mendidiknya.
Untuk menggambarkan teori tersebut kita bisa mengambil sebuah contoh. Jika seorang anak yang diberikan kesempatan untuk belajar politik maka ketika dewasa kelak dia akan menjadi seorang politisi. Karena anak ini memiliki pengalaman di bidang politik. Anak ini tidak akan menjadi seorang pemusik meskipun orang tuanya adalah seorang pemusik sejati.
Dari paparan di atas kita bisa menyimpulkan bahwa teori empirisme menganggap bahwa faktor lingkungan lah yang menentukan perkembangan seorang anak secara mutlak sedangkan faktor pembawaan dari orang tuanya tidak mempengaruhi apapun terhadap perkembangan anak.