Pengguna WordPress, bisa memberi akses kepada banyak orang dan menentukan jenis perannya masing-masing untuk mengakses blog Anda. Atau dengan kata lain untuk menentukan apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh pengguna tertentu.
Misalnya, beberapa blogger mungkin membuat blog tim, di mana beberapa atau banyak penulis menulis konten pada satu blog. Nah, sebagai pemilik blog, Anda ingin mengijinkan beberapa penulis agar bisa langsung menerbitkan konten, sedangkan beberapa lainnya, hanya diberi hak untuk menulis konten namun tidak bisa langsung menerbitkannya.
Nah, untungnya di WordPress tersedia user role atau pengaturan peran pengguna yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Ada 6 macam user role pada WordPress yang bisa Anda terapkan pada pengguna untuk bisa mengakses dasbor WordPress. Masing-masing memiliki batasan bagaimana seorang pengguna bisa menulis, mengedit konten, memasang plugin, dan masih banyak lagi.
Dan bagi Anda yang belum mengetahuinya, berikut penjelasan dari masing-masing peran pengguna pada WordPress:
1. Super Admin
Peran pengguna Super Admin hanya tersedia jika Anda menginstall WordPress Multisite. Jika tidak, maka user role ini tidak ada pada saat Anda menginstallnya. Dengan fitur ini, pemilik blog bisa menggunakan instalasi WordPress tunggal untuk mengelola jaringan blog sekaligus. Super Admin memiliki akses ke semua blog di jaringan serta mengontrol semua aspek pada blog tersebut.
2. Administrator
Admistrator punya akses ke seluruh bagian blog dan punya kontrol penuh terhadapnya. Misalnya, seorang administrator bisa menulis, menerbitkan, mengedit pos dan laman.
Ia juga bisa mengelola plugin, menyunting tema, merubah tampilan blog, mengakses file CSS, menambah atau menghapus pengguna dan banyak lagi. Administrator juga bisa mengelola komentar, mengunggah file dan sebagainya.
Biasanya administrator blog adalah pemilik blog itu sendiri, namun bisa juga pengguna lain diberi akses sebagai administrator jika mau.
Seorang administrator bisa ‘menghancurkan’ blog, karena itu berhati-hatilah untuk memberi seseorang akses sebagai administrator.
3. Editor (Penyunting)
Seorang editor bisa menulis, menyunting dan menerbitkan pos-nya sendiri, juga pos dari pengguna lain. Ia juga bisa membuat, mengedit dan menghapus laman, juga mengelola komentar dan mengunggah file.
Dengan kata lain, seorang editor bisa mengelola semua pos, laman dan komentar pada blog, namun ia tidak bisa ‘mengacak-acak’ desain blog, tema, pengguna file CSS dan lain-lain.
4. Author (Penulis)
Seorang author atau penulis, bisa menulis dan menerbitkan konten miliknya sendiri. Ia tidak bisa ‘menyentuh’ pos yang dibuat oleh pengguna lain. Pengguna dengan peran author juga bisa mengunggah file, seperti gambar untuk posting.
Peran pengguna author, cocok bagi blog tim dengan banyak penulis, yang Anda percaya untuk membuat dan menerbitkan pos tanpa harus Anda tinjau terlebih dahulu.
5. Contributor (Kontributor)
Kontributor bisa menulis dan mengedit pos-nya sendiri, namun tidak bisa menerbitkannya. Tapi ia menunggu review atau persetujuan dari Editor atau Administrator. Kontributor juga tidak bisa menambahkan gambar pada pos yang ia buat.
Peran ini berguna jika Anda memiliki blog dengan aturan cukup ketat, dan memiliki editor dan administrator yang bertugas meninjau, memperbaiki serta menerbitkan pos dari kontributor.
6. Subscriber (Pelanggan)
Seorang pelanggan bisa membuat dan mengelola profil sendiri melalui dasbor WordPress, dan hanya itu yang bisa ia lakukan!
Lalu apa gunanya? Peran ini biasanya berguna jika Anda memiliki konten khusus, dimana hanya orang-orang tertentu (anggota/pelanggan) yang bisa menikmati konten Anda.
Pengaturan dan hak dari peran pengguna di atas, adalah default atau bawaan dari WordPress. Jika mau Anda bisa saja mengatur ulang, merubah hak akses pada setiap role, atau khusus untuk pengguna tertentu menggunakan plugin yang banyak tersedia, seperti user role editor, Acces Control Manager dan sebagainya.
Semoga bermanfaat. Salam.