Mixing console, (biasa disebut juga dengan mixing board atau mixer saja), adalah salah satu ikon dari sebuah studio modern.

Tapi apa sebenarnya fungsi dari mixer ini?

Satu-satunya tujuan dari mixer ini adalah mengambil semua input dari bermacam sumber, lalu menyatukannya melalui ouput.

Mari kita bahas lebih dalam tentang perangkat audio yang satu ini.

Pertama-tama yang mungkin menarik perhatian adalah, meskipun sebuah mixer terlihat begitu rumit dengan tombol berderet seperti tanpa ujung, sesungguhnya ia adalah satu set kontrol yang berulang-ulang.

Dan jumlah input yang berulang ini (disebut dengan channel), ini menjadi hal yang paling penting dalam mempertimbangkan dalam memilih sebuah mixer.

Dan biasanya, semakin banyak jumlah channel, semakin mahal pula harganya.

Gambar di bawah ini adalah contoh satu channel dengan semua kontrol yang ada:

Jack Input
Ini tempat dimana Anda menghubungkan kabel XLR atau 1/4″ dari instrumen musik atau lainnya.

Pada contoh di samping, juga memiliki input ‘insert’ yang memiliki fungsi yang sama dengan ‘Auxiliary Send’ seperti yang dijelaskan di bawah nanti.

Gain Control
Digunakan untuk meningkatkan sinyal lemah (mic level) menjadi lebih kuat (line level). Hanya channel dengan pre-amps yang memiliki gain control.

Auxiliary Sends
Sering disebut dengan ‘aux send’ atau ‘effects’. Gunanya untuk mengirimkan sinyal input ke perangkat lain. Ini berguna, misalnya jika mau menggunakan perangkat efek terpisah, sehingga sinyal asli telah dirubah sesuai yang diinginkan kemudian dicampurkan kembali ke hasil mix.

Equalizer (EQ) Control
Equalizer memungkin Anda merubah karakteristik suara dengan cara memangkat atau meningkatkan sinyal pada frekuensi tertentu dari masing-masing input. Biasanya terdiri dari Low, Mid dan Hi.

Panning Control
Ini menentukan dimana suara ditempatkan pada ruang stereo. Dengan kata lain, apakah suara akan dibawa ke kanan, ke kiri atau pun kombinasi di antara keduanya.

Level Control
Ini untuk mengatur intensitas sinyal yang keluar dari channel bersangkutan.

Nah, karena setiap channel memiliki kontrol yang serupa, maka Anda dapat mem-balance setiap input, yang mana merupakan esensi dari proses mixing.

Sekarang kita sampai pada pertanyaan, yang saya yakin Anda tunggu-tunggu:

Apakah saya butuh mixer untuk studio rekaman saya?

Sebelum saya menjawabnya, ada baiknya saya sampaikan keadaan dimana Anda membutuhkan mixer:

  • Anda memerlukan pre-amps lebih banyak dari jumlah yang ada pada audio interface Anda. Atau dengan kata lain, Anda ingin merekam beberapa track secara bersama-sama, seperti misalnya: 2 gitar, 3 vokal dan 1 set drum. Total 8 pre-amps.
  • Anda memiliki beberapa output pada audio interface dan ingin menggunakan mixer secara fisik (memutar knob, menggeser slider) lalu mengembalikannya lagi ke aplikasi recording pada proses mixing.
  • Anda membutuhkan pre-amps untuk penampilan live!

Yang terakhir adalah di luar pembahasan dan kepentingan kita, jadi kita bisa mengecualikannya. Saya sebutkan hanya sebagai gambaran dari penggunaan sebuah mixer.

Jadi kembali kepada pertanyaan di atas, jawabannya adalah:

Anda sama sekali tidak butuh mixer untuk melalukan rekaman musik di studio rumah Anda!

Betul, mixer, bagaimanapun mungkin berguna dalam hal-hal tertentu. Tapi pada dasarnya, Anda tidak butuh mixer dan dapat sepenuhnya mengandalkan audio interface untuk melakukan proses rekaman musik.

Bahkan, jika Anda termasuk yang tidak bisa meninggalkan ‘rasa nyata’ dalam penggunaan mixer, memutar knob, menggeser slider, pencet tombol ini, tombol itu, Anda pun tetap tidak butuh mixer.

Ada perangkat yang disebut dengan Control Surface, dimana Anda bisa melakukan mixing seolah menggunakan mixer fisik melalui mixer berbasis software di aplikasi rekaman yang Anda gunakan.

Meski begitu, bagi Anda yang tetap tertarik untuk mendatangkan sebuah mixer pada studio rekaman, mari kita lanjutkan pembahasan ini.

Ada 2 macam mixing console yang mesti Anda pertimbangkan, yaitu: mixer analog dan mixer .

Mixer Analog

Analog mixer menggunakan variable resistor (potensiometer atau potensio saja) secara fisik untuk merubah tegangan dari jalur elektris yang ada. Dengan merubah tegangan, maka sinyal audio pun akan ikut berubah.

Keuntungan dari jenis adalah perubahan pada suara akan terjadi seketika begitu Anda memutar potensiometer. Kekurangannya, ia tidak menyediakan pemrosesan efek karena sinyal hanyalah berupa tegangan elektrik.

Oleh karena itu, Anda membutuhkan ‘aux send’ atau ‘insert’ untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Saat ini mixer analog telah mulai ditinggalkan sama sekali pada studio digital, karena kekurangan-kekurangannya dalam hal ini.

Satu hal yang mesti diperhatikan betul, jika Anda menggunakan mixer analog, maka anda tetap butuh A/D converter untuk mengirimkan sinyal audio ke komputer.

Kesalahpahaman yang umum terjadi, adalah menganggap bahwa semua mixer menyediakan A/D converter, padahal kecuali mereka menyediakan koneksi USB atau firewire, nyatanya adalah tidak.

Mixer Digital

Mixer digital menawarkan fungsi yang sama, kecuali ia memanipulasi suara secara digital untuk merubah karakteristik suara dari input.

Alih-alih secara fisik mengontrol elektron menggunakan variable resistor (seperti versi analog), mixer digital merubah sinyal suara menjadi data digital terlebih dahulu, baru kemudian menggunakan rumus dan algoritma matematis untuk memanipulasi suara.

Ini bisa dikatakan sebagai versi hibrid dari unit mixer / audio interface, karena sudah memiliki A/D converter dan dapat langsung mengirimkan sinyal ke komputer melalui koneksi USB atau firewire. Karenanya, Anda bisa menambahkan efek seperti reverb, echo, phaser, delay dan sebagainya secara real-time langsung pada mixer.

Satu kekurangannya, karena ada proses konversi dari analog ke digital, mungkin ada sedikit delay terasa. Namun hal ini, akan semakin tidak terasa dan makin hilang, karena bagaimanapun teknologi ini semakin bertambah matang dari waktu ke waktu.

Kekurangannya lainnya, Anda dapat merekam banyak track sekaligus, namun dengan satu keluaran stereo. Ini harus menjadi kehati-hatian jika Anda berniat merekam lebih dari satu track pada saat bersamaan menggunakan mixer jenis ini.

Untuk memperoleh mixer digital dengan kemampuan merekam setiap track secara terpisah sendiri-sendiri, Anda butuh unit yang amat mahal (di atas $1.500).

Sedangkan untuk versi yang lebih murah (di bawah $300), Anda hanya akan memiliki output stereo (left / right) via koneksi USB atau firewire.

Dengan kata lain, Anda seluruh input tergabung menjadi satu track pada aplikasi DAW Anda. Sehingga level, panpot dan lain-lain tidak bisa Anda edit lebih lanjut pada proses mixing nanti.

Kesimpulan
Terlepas dari jenis audio interface apapun yang Anda miliki, Anda membutuhkan cara untuk me-mix semuanya bahan audio yang Anda miliki, selama dan setelah proses perekaman selesai.

Ini bisa Anda lakukan, baik dengan alat berbasis hardware maupun berbasis software.

Jadi kembali, ini hanya soal pilihan. Secara prinsip Anda tidak butuh mixer untuk untuk studio Anda. Namun, tidak ada salahnya, jika Anda ingin menambahkan mixer guna melengkapi persenjataan studio rekaman Anda.