Pada suatu hari Ibnu Samak berkunjung ke istana Khalifah dengan membawa satu kendi air. Melihat Ibnu Samak yang telah berada di dalam istana sang pun meminta kepada Ibnu Samak: “Wahai Ibnu Samak berilah aku nasihat agar hidupku selalu berada jalan yang diridhoi Allah”, begitu ucapan khalifah.

Ibnu Samak pun mengajukan sebuah pertanyaan kepada sang khalifah: “Wahai khalifah, apabila tuan mengalami dahaga yang teramat sangat dan tidak ada air sedikit pun selain dari air yang kubawa ini, apakah baginda akan mau menukar seluruh harta tuan dengan air yang aku bawa ini?”

Sang khalifah berpikir sejenak lantas menjawab: “Terpaksa saya aku akan membelinya dengan seluruh hartaku.”, jawab sang khalifah.

Ibnu samak pun mengajukan pertanyaannya kembali: “Jika tuan terserang dahaga yang teramat sangat dan tidak ada air selain air yang kubawa ini dan air ini tidak terbeli kecuali dengan seluruh harta dan juga seluruh kerajaan yang tuan miliki apakah tuan akan membelinya?”

Khalifah pun pergi pikir agak lama kemudian menjawab: “Ya, jika memang keadaannya terpaksa, maka saya akan membeli air itu mesti harus mengorbankan seluruh harta dan kerajaanku.”, jawab sang khalifah.

“Jika memang demikian baginda tidak boleh merasa bangga dengan kerajaannya yang harganya ternyata tidak lebih mahal dari sekendi air ini.”, berkata Ibnu Samak.

Dari hikayat di atas kita dapat mengambil hikmah bahwa ternyata kerajaan dan beserta kemegahannya hanyalah senilai dengan satu kendi air saja ketika kita berada dalam keadaan kritis di tengah Sahara. Inilah yang tidak perlu kita bangga-banggakan, karena semua, sejatinya hanyalah milik Allah SWT semata.