Alkisah, ada seorang berjalan di suatu perkampungan. Dia melihat sebuah besar yang menjadi sesembahan dan pemujaan masyarakat setempat. Melihat hal ini pemuda itu marah kepada pohon tersebut. Pemuda ini pun mengambil kapak dan menaiki keledainya, menuju ke pohon besar bermaksud untuk menebang pohon yang menjadi sesembahan dan pemujaan masyarakat tersebut.

Di tengah perjalanan pemuda itu dihadang oleh iblis yang menyamar menjadi manusia, “Wahai pemuda hendak pergi kemana dirimu?”,  tanya .

“Aku hendak menebang pohon yang dipuja dan disembah oleh masyarakat ini, aku berjanji kepada Allah untuk menebang pohon tersebut”, jawab sang pemuda dengan lantang.

Iblis berkata kembali, “Apa hubunganmu dengan pohon itu? Bukankah pohon tersebut tidak membahayakan dirimu? Biarkanlah pohon itu, janganlah kau tebang”.

Pemuda ini pun tidak menghiraukan ucapan iblis yang menyamar menjadi manusia. Kemudian mereka berdua berduel dan akhirnya iblis itu pun kalah.

“Hai kawan pulanglah, jika engkau bersedia untuk pulang dan tidak menebang pohon itu maka akan aku berikan empat dirham setiap hari untukmu”, sang iblis mencoba merayu.

“Benarkah ucapanmu itu?”, tanya sang pemuda.

“Percayalah aku memberikan empat dirham setiap hari, jika engkau tidak menebang pohon itu”, ucap iblis mencoba meyakinkan.

Kemudian pria ini kembali ke rumahnya. Dan betapa terkejut pemuda ini karena di bawah karpet sudah ada uang empat dirham seperti yang dijanjikan oleh iblis.

Hari berganti hari, uang itu pun selalu ia dapatkan setiap harinya. Namun pada hari keempat, uang itu tidak lagi muncul di bawah karpetnya. Iblis tidak lagi memberikan uang kepada pemuda itu.

Pemuda ini pun pergi mengambil kapak dan menunggangi keledainya untuk menebang sebuah pohon yang menjadi pusat kesesatan masyarakat itu. Akan tetapi pemuda ini kembali bertemu dengan orang yang sama, yaitu iblis yang menyamar sebagai manusia.

Iblis pun mencoba menghentikan pemuda itu namun pemuda ini tidak menghiraukan ucapan iblis yang menyamar. Akhirnya mereka berduel kembali. Namun anehnya, kali ini sang pemuda dikalahkan oleh iblis.

Pemuda  ini pun heran dan bertanya, “Kenapa aku bisa kalah dengan dirimu, padahal pada pertemuan yang pertama aku bisa mengalahkan dirimu?”

“Wahai pemuda aku adalah iblis yang menyamar. Pada waktu pertemuan pertama engkau datang dengan niat ikhlas karena Allah. Maka meskipun seluruh pasukanku kukerahkan untuk menyerang dirimu, aku tidak akan berdaya melawan dirimu. Namun kali ini engkau datang dengan niat karena uang. Kau datang karena engkau tidak mendapat uang empat dirham di bawah karpetmu. Oleh karena itu aku dengan mudah dapat mengalahkan dirimu.”

Dari hikayat di atas, kita diajarkan untuk meluruskan niat dalam melakukan sesuatu, yaitu ikhlas semata-mata karena Allah. Karena iblis tidak akan pernah berhenti untuk menggoda kita. Iblis akan berusaha membelokkan niat kita, bahkan ketika kita beribadah iblis mencoba membelokkan niat kita bukan karena Allah tapi karena yang lain, bisa karena ria maupun ujub atau alasan-alasan lainnya.

Niat terletak dalam hati yang tidak diketahui oleh orang lain kecuali oleh Allah dan dirinya sendiri. Oleh karena itu kita harus selalu waspada dan berhati-hati karena setiap sesuatu itu bergantung kepada niat. Bahkan ketika kita bermu’amalah bisa saja menjadi nilai ibadah jika diniatkan karena Allah SWT. Allahu a’lam.