Allahuakbar… Allahuakbar… Allahuakbar suara takbir menggema saat peristiwa perang 10 November di Surabaya. Dan ternyata surat abar Indoneia yang dikelola oleh asing yaitu Kedaulatan Rakyat tak ketinggalan memberitakan umat muslim yang berjuang dalam semangat fii .

Dikutip dari berbagai sumber,  Thomas Stamfford Raffles dalam ‘History of Java’ telah mengingatkan bila Ulama sudah Bekerjasama dengan Penguasa Pribumi, jangan harap kaki penjajah akan dapat tegak dengan aman di Nusantara Indonesia.
Dr. Douwwes Dekker (Setyabudi Danudirdja) menyatakan bahwa :
“Apabila Tidak ada semangat di Indonesia, sudah lama kebangsaan yang sebenarnya lenyap dari Indonesia” (dalam Aboebakar Atjeh, Riwayat Hidup A. Wahid Hasjim. Djakarta, 1957. Hal 729)

Jadi jangan heran mengapa Perjuangan kemerdekaan sangat kental dengan Fii Sabilillah, karena memang para Ulama dan santrilah yang terdepan menggemakan Prinsip ‘Hidup Mulia atau Mati Syahid’. Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama 22 Oktober 1945 berkembang menjadi Resolusi jihad Partai Politik Islam Masyumi 7 November 1945 pengaruhnya membangkitkan semangat “60 Miljoen Kaoem Moeslimin Indonesia Siap Berdjihad Fi Sabilillah. (Perang di djalan ALLAH oentoek menentang tiap tiap Pendjadjahan). ” (HeadLine Harian “KEDAULATAN RAKJAT”, 08 November 1945)

tokoh jihad fii sabilillah
Tokoh Jihad Fii Sabilillah 10 November 1945

Kehadiran Kyai-kyai sepuh semisal Chodroetoes Sjeich KH. Hasyim Asy’ari dari pesantren Tebu Ireng Jombang, KH. Asjhari dan Kyai Toenggoel Woeloeng dari Jogjakarta, KH. Abbas dari pesantren Buntet Cirebon, dan Kyai Moestofa Kamil dari Partai Syarikat Islam Garut mampu membangkitkan perlawanan santri untuk maju terus pantang mundur, juga kisah legendaris ‘Bambu Runcing’ Kyai Soebkhi Parakan-Magelang. Mati di medan perang melawan penjajah Barat adalah mati yang indah, lebih baik gugur sebagai syuhada daripada hidup terjajah. Bunga-bunga bangsa berguguran, bau wangi surga semerbak di tanah jihad Surabaya. Tanggal 10 November 1945 Surabaya berubah menjadi lautan api dan darah. Dilanjutkan dgn Peristiwa pertempuran di Sasak Kapuk Bekasi dipimpin Kyai Haji Noer Ali dan Laskar Pencak Silat pimpinan Haji Ama Poeradiredja. Maupun peran Kyai Cibaduyut memimpin penyerbuan yang tak terduga ke gudang senjata dan gudang seragam tentara sekutu di Bandung. Begitu juga kerjasama para ulama dan santri serta Tentara keamanan Rakyat-TKR dalam Perang Sabil di Sumatera, lewat kepahlawanan pemuda Aceh terhadap sekutu dipimpin Residen Teuku Nyak Arief dan Tengku Daud Beurueh.