Mari kita bandingkan persampahan di dan di Indonesia, khususnya di .

di Swedia

Jumlah rata-rata produksi sampah kota-kota besar di Eropa hanya 1.000 – 2.000 ton per hari dan di Swedia, hanya sekitar 1 persen saja sampah yang berakhir di tempat pembuangan sampah.

1. Swedia mengubah sampah menjadi energi panas untuk sekitar 1 juta rumah tangga.

2. Swedia mengubah sampah menjadi energi listrik untuk sekitar 300 ribu rumah tangga di seluruh Swedia.

3. Swedia mengimpor sampah dari negara lain seperti Norwegia, Inggris, Italia dan Irlandia.

4. Swedia mengimpor 800.000 ton sampah dalam setahun (sekitar sepertiga dari produksi sampah Jakarta) dan menjadikannya negara pengimpor sampah terbesar di dunia.

Selain menghasilkan energi panas dan listrik dari sampah, abu dari hasil pembakaran sampah juga dijadikan bahan pembuatan baja di Swedia.

Sampah di Jakarta

Rata-rata sampah yang dihasilkan kota Jakarta sekitar 6.500.000 kg (6.500 ton) sampai 7.500.000 kg (7.500 ton) setiap harinya. Untuk sampah di Bantargebang, pemerintah menghabiskan Rp 330 miliar lebih setahun untuk pengolahan sampah. Belum termasuk Rp 4,5 miliar untuk jasa penimbangan dan Rp 1 miliar lebih untuk pengawasan.

Budaya membuang sampah sembarangan penduduk Jakarta juga mengakibatkan banjir. Banjir di Jakarta mengakibatkan kerugian sekitar Rp 1,5 – 3 triliun perhari setiap kali banjir.

Setelah menghabiskan uang triliunan rupiah selama ini, nyatanya masalah persampahan di Jakarta belum bisa ditangani dengan baik. Seperti misalnya kasus longsoran sampah di beberapa TPA yang sampai menelan korban jiwa.

Nah, apakah Anda baru mengetahui bahwa Swedia justru kekurangan sampah dan harus mengimpor sampah? Terbayangkah bagaimana tercengangnya warga Swedia mengetahui fakta persampahan di Indonesia dan di Jakarta khususnya?

Memang tepat regulasi yang dibuat oleh pemerintah Swedia, yang mampu mengatasi masalah persampahan di negara tersebut itu. Namun sesungguhnya budaya masyarakatnya sendiri lah yang menyadari pentingnya kebersihan dan kepedulian terhadap lingkungan, yang membuat sampah di negara tersebut tidak menjadi momok yang mengerikan.

Berapa banyak uang yang bisa dihemat dan bisa dialihkan untuk keperluan lain selain harus habis untuk mengurusi sampah, yang sebenarnya bisa dikendalikan, jika masyarakat memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya pengelolaan sampah?

Mari budayakan membuang sampah pada tempatnya, karena dengan mendisiplinkan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan, sebetulnya kita sama-sama membantu perekonomian negara semakin membaik.