Mendaki gunung memang sudah menjadi trend saat ini mulai kaum muda hingga yang tua. Bahkan hanya bermodalkan tekad dan nekat saja tanpa adanya pengetahuan tentang mendaki sedikitpun sudah berani untuk mendaki sebuah gunung.
Namun sebenarnya untuk mendaki sebuah gunung tidak cukup hanya bermodalkan tekad dan nekat saja. untuk pergi mendaki diperlukan kesiapan fisik, pengetahuan dan perlengkapan yang sefetylah yang nomer satu.
Tapi banyak dari para pendaki khususnya yang pemula sering mengabaikan dan melakukan kesalahan bahkan akan berakibat fatal bagi dirinya maupun orang lain. berikut Erudisi akan berbagi hal yang akan membunuhmu saat mendaki gunung:
1. Sikap sok jagoan
Sikap sok jagoan ini nyaris selalu menjadi penyebab utama musibah pada pendaki pemula. Dengan alasan mencari tantangan, para pendaki pemula ini mencari jalur di luar jalur resmi. Parahnya, seringkali mereka melakukannya tanpa kemampuan navigasi yang baik. Jangankan GPS dan peta topografi, sekadar kompas pun tak bawa. Lalu apa yang diandalkan? Baca juga: 8 Hal yang Bisa Dilakukan Pendaki Untuk Menjaga Kebersihan Gunung
Maka petualangan mereka pun biasanya berakhir di dasar jurang, mati kedinginan di lembah atau ditandu Tim SAR ke rumah sakit. Membuka jalur baru juga berarti merusak konservasi. Mengganggu kehidupan liar dan ekosistem. Para pendaki berpengalaman tak akan melakukannya selain untuk kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan.
2. Buruknya manajemen logistik
Salah satu masalah pendaki pemula adalah buruknya manajemen logistik. Dalam pikiran mereka, mendaki gunung identik dengan mie instan. Hal ini salah besar. Mendaki gunung adalah kegiatan berat. Butuh kalori hingga 4.000 kkal per hari. Bayangkan dengan aktivitas sehari-hari yang rata-rata hanya membutuhkan 2.000 kkal per hari.
Kebutuhan kalori yang besar ini didapat dari daging-dagingan berlemak, coklat dan karbohidrat. Tentu bukan mie instan yang sulit dicerna tubuh dan menyerap air dalam tubuh. Seringkali para pendaki mendapati nasi yang ditanak tak matang sempurna. Maka kombinasi makanan mereka jadi nasi keras, mie instan dan ikan asin. Karena tak nikmat, napsu makan pun berkurang. Padahal tubuh butuh banyak masukan untuk tenaga dan menjaga suhu agar tetap hangat. Dalam kondisi lemas dan lapar inilah sering terjadi kecelakaan. Kurangnya konsentrasi, pingsan hingga kematian.
3. Buruknya packing barang
Packing atau mengepak barang dalam ransel adalah seni yang harus dikuasai pendaki gunung. Seluruh barang bawaan harus masuk ke dalam ransel. Karena medan sulit, tak boleh ada yang tergantung di luar ransel selain botol air minum. Tangan harus bebas karena memegang walking stick atau berpegangan meniti akar-akar pohon jika dibutuhkan. Baca juga: Alasan Mengapa Pergi Mendaki Gunung
Maka lihatlah para pendaki pemula. Dengan panci digantung ke ransel. Tangan menenteng sleeping bag atau jaket. Ransel mereka tak dilapisi lagi dengan cover bag. Pakaian di dalam ransel tak dilapis plastik. Jika hujan, semua pakaian, jaket dan sleeping basah. Padahal sangat penting menjaga pakaian ganti tetap kering. Tidur dengan keadaan basah bisa mengakibatkan hipotermia. Inilah penyebab utama kematian seorang pendaki gunung. Suhu tubuh turun karena kedinginan. Jangan pernah anggap enteng mengepak barang. Ini yang sering diabaikan pendaki pemula.
4. Aku si cepat
Ciri khas pendaki pemula, apalagi yang masih berusia muda adalah selalu bergerak dengan cepat. Mereka selalu tergesa-gesa, menjadikan naik gunung seolah lomba lari ke puncak. Malu menjadi yang paling belakang, karena sering dianggap sebagai yang terlemah. Karena itu biasanya waktu tempuh ke puncak lebih singkat. Baru setelah perjalanan turun, aneka masalah datang. Kehabisan tenaga, cidera otot hingga kecelakaan dan kehilangan arah menjadi ancaman.
Puncak bukanlah sebuah tujuan, pulang kerumah dengan selamat adalah harga mati
Idealnya, ada seorang sweeper yang berjalan paling belakang. Biasanya orang ini yang paling kuat dan bisa diandalkan. Tugasnya menyapu seluruh anggota tim. Memastikan tak ada yang keteteran atau tertinggal di belakang. Namun dalam rombongan pendaki pemula, tak ada yang mau menerima tugas ini. Jadi sweeper dianggap hina. Menjadi paling pertama sampai puncak dan pertama turun ke kaki gunung jadi tujuan utama.
5. Pergi dalam rombongan besar
Kemungkinan orang tua mudah memberikan izin jika pergi dalam rombongan besar. Orang tua merasa anaknya lebih aman karena banyak yang menjaga. Padahal salah besar. Rombongan besar justru akan merepotkan. Makin sulit membagi logistik dan mengatur manajemen perjalanan.
Bayangkan butuh berapa kompor lapangan untuk memberi makanrombongan yang besar itu? Lalu perlengkapan P3K? Siapa ketuanya? Apakah dia benar-benar berwibawa untuk mengatur rombongan? Masalah yang sering muncul adalah banyaknya konflik. Keinginan anggota yang beraneka ragam dan sikap intoleransi. Baca juga: Cara Mengetahui Lokasi Teman Kamu dengan Menggunakan Android
Pendakian ideal, beranggotakan 4 sampai 7 orang pendaki. Pilihlah satu orang untuk memimpin pendakian. Bukan karena dia ketua, tapi memang memiliki watak bisa diandalkan dan leadership. Jika memang pergi dengan rombongan besar, sebaiknya bagi rombongan menjadi beberapa kelompok dan tentukan koordinator di tiap kelompok.
6. Hipotermia disangka kesurupan
Pendaki pemula mendaki tanpa ilmu. Berbekal semangat dan tanpa perlengkapan memadai mereka nekat mendaki gunung. Karena tidak tahu ilmu P3K, maka sering terjadi salah kaprah. Pada penderita hipotermia, korban akan menggigil dan kehilangan kesadaran. Lalu mulai bicara melantur. Karena nyerocos tak karuan dan sukar diajak komunikasi, teman-temannya menyangka si korban kesurupan. Mereka malah membacakan doa untuk mengusir setan. Baca juga: 5 Aplikasi Wajib Bagi Traveller Sejati
Seharusnya, segera lakukan pertolongan. Ganti pakaiannya dengan pakaian kering. Masukkan dalam sleeping bag yang sudah dihangatkan. Taruh juga beberapa botol air panas di dalam sleeping bag itu. Jaga kondisi lingkungan tetap hangat. Jika sudah membaik beri makanan hangat sedikit demi sedikit. Hindari memberi kopi atau minuman keras.