Pembahasan psikologi perkembangan anak akan kami fokus kan pada psikososial yaitu cara memahami tahap perkembangan psikososial anak. Pembahasan ini adalah kelanjutan dari pembahasan tentang cara memahami perkembangan anak. Setelah pada kesempatan sebelumnya kami juga telah membahas tentang memahami tahap perkembangan kognitif anak.
Tujuan kami membahas secara khusus tentang psikologi perkembangan anak ini agar orang tua bisa menganalisa perilaku anaknya. Orang tua akan lebih mudah mengetahui perilaku anaknya yang menyimpan dan normal. Orang tua bisa memberikan indikator tertentu untuk memberikan ukuran dari batas kewajaran perilaku anaknya.
Psikologi perkembangan anak yang kami khususkan pada psikososial masih menggunakan dasar yang sama pada artikel sebelumnya yaitu teori psikososial dari erik erickson. Pada artikel sebelumnya telah kami bahas bahwa ada empat tahapan perkembangan psikosoal anak yaitu tahap percaya tidak percaya, tahap tahap kemandirian, tahap inisiatif, dan tahap rajin dan rendah diri.
Psikologi perkembangan anak usia 0-1 tahun
Psikologi perkembangan anak usia 0-1 tahun ini dalam konsep psikososial erickson disebut sebagai tahap percaya tidak percaya. Hal yang perlu dipahami oleh orang tua dalam hal ini adalah bagaimana seorang anak membangun kepercayaan. Untuk membangun sebuah kepercayaan itu tergantung pada siapa dan bagaimana cara menjaga anak tersebut.
Anak yang dijaga dengan baik (memberikan rasa aman) maka akan membuat anak merasa nyaman dan terlindungi. Hal inilah yang akan melahirkan rasa percaya pada anak. Sebaliknya apabila penjaga dan cara menjaganya tidak membuatnya nyaman maka akan menyebabkan rasa tidak percaya. Pada tahapan ini psikologi perkembangan anak sangat ditentukan oleh penjaga dan cara menjaganya.
Psikologi perkembangan anak usia 1-3 tahun
Psikologi perkembangan anak selanjutnya fokus pada kemandirian anak dan rasa ragu-ragu. Sebagaimana dipahami bersama bahwa anak pada usia 1-3 tahun ini adalah masa mulai aktif bergerak. Oleh karena itu ruang gerak anak perlu mendapatkan perhatian agar bisa belajar mandiri atau terhindar dari rasa ragu.
Menjadi orang tua tentu akan sangat khawatir saat anak memasuki usia 1-3 tiga tahun karena sudah bisa bergerak aktif. Secara sekilas tentu hal ini akan berbahaya apabila tidak diperhatikan dengan baik dan dijaga ketat. Namun ada satu hal yang perlu dipahami orang tua bahwa pada tahapan ini anak membutuhkan ruang gerak bebas sehingga bisa membangun kemandirian.
Membatasi ruang gerak akan menyebabkan perkembangan psikologi anak menjadi terganggu. Anak akan kehilangan rasa percaya diri karena segala sesuatu yang ingin dilakukannya menjadi terbatas. Jadi sebaiknya berikan ruang gerak bebas dengan pengawasan yang maksimal saja, tanpa membatasinya berekspresi.
Psikologi perkembangan anak usia 4-6 tahun
Pada usia empat sampai enam tahun anak mulai memasuki usia sekolah. Artinya bahwa anak mulai membangun kehidupan sosial dengan bergaul dengan lingkungan sekitarnya. Entah itu bergaul dengan anak seusia nya atau bergaul dengan keluarga.
Pada tahap ini anak mulai membangun rasa percaya diri. Orang tua perlu tahu bahwa proses membangun rasa percaya diri itu dimulai dengan mencoba hal-hal baru yang berangkat dari rasa penasaran. Pada usia 4-6 tahun anak mulai penasaran dengan hal baru yang dilihat nya dari lingkungan dan tentu saja akan timbul rasa ingin mencoba.
Satu hal yang perlu dipahami orang tua bahwa pada usia ini anak tidak boleh langsung disalahkan. Apabila anak sering disalahkan pada usia ini maka akan menyebabkan rasa percaya diri yang kurang. Bahkan bisa jadi tidak ingin mencoba melakukan hal-hal baru lagi. Jadi biarkan anak berkreasi asal tidak sampai merusak dan merugikan orang lain (Dalam tahapan ekstrim tentunya).
Psikologi perkembangan anak usia 6-12 tahun
Psikologi perkembangan anak pada tahapan ini perhatiannya lebih kepada pengembangan kompetensi diri. Pada usia 6-12 tahun anak mulai keluar dari lingkungan orang tua. Anak mulai membangun sikap rajin dan rendah diri yang diajarkan dari orang tua dan guru di sekolah.
Perhatian orang tua fokus nya pada kedua sikap tersebut. Oleh karena itu orang tua harus bisa mengapresiasi setiap pencapaian anak dan mengajarkan rendah diri apabila mengalami kegagalan. Berikan hadiah apabila berhasil menyelesaikan sesuatu dan berikan nasihat dan semangat apabila gagal.