Pada suatu hari ada seorang yang akan menggiling gandum. Namun ketika ia hendak mengambil gandum yang ada di atas tunggangannya, tiba-tiba hewan itu berlari dengan kencang sehingga sang petani tidak mampu mengejarnya.

Di perjalanan dia bertemu dengan seorang tetangganya, dengan spontan tetangga itu mengatakan:

“Sekarang adalah giliranmu untuk mengaliri sawah, jika kamu tidak mengalir sawah sekarang maka kamu tidak akan mendapatkan jatah mengaliri untuk hari ini.”

Kebetulan, hari itu bertepatan dengan hari . Jika dia mengejar keledainya yang lari, dia tidak akan sampai untuk Jumat, apalagi untuk mengaliri sawahnya. Kemudian dia bergumam di dalam hati:

“Aku akan shalat jum’at, aku lebih senang shalat jumat melebihi semua yang ada.”

Akhirnya dia pun meninggalkan keledainya dan juga dia tidak mengaliri sawah pada hari itu dan dia lebih memilih untuk shalat jum’at.

Setelah selesai sholat Jum’at, petani ini pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, dia melihat keanehan di dalam rumahnya. Biji-biji gandum yang belum sempat digiling kini telah menjadi tepung. Bahkan Roti telah dihidangkan, sawah telah dialiri air, keledai pun telah berada di rumah. Melihat keanehan ini, dia pun menanyakan kepada tentang perihal tersebut kepada istrinya.

“Seorang tetangga yang pergi untuk menggiling gandum kemudian dia melihat sekantung gandum yang belum digiling. Dia kira itu miliknya kemudian dia sertakan untuk digiling. Lalu ketika ia pulang ke rumahnya aku melihat karung tersebut yang ternyata milik kita kemudian aku membawanya pulang.”

“Kemudian mengenai sawah?”, tanya petani kepada istrinya.

“Air sawah tetangga kita meluber hingga mengaliri sawah kita hingga penuh”, setelah mendengar jawaban spontan dari istrinya, mulailah dia sadar bahwa ini adalah anugerah yang memberikan oleh Allah kepadanya.

Kemudian dia mulai mengurangi kesibukan dunianya dan mulai tekun beribadah kepada Allah SWT.